Pria cacat mental ternyata jenius matematika! - Tomonews
- 8 years ago
Chou Wei, 'Rain Man' versi Cina, hanya ingin diperlakukan seperti orang normal
Chou Wei, 23 tahun dari sebuah desa di Provinsi Shanxi Cina, didiskriminasi seumur hidupnya setelah ia didiagnosis sebagai seseorang keterbelakangan mental. Sekarang, setelah ia membuktikan dirinya sebagai seorang jenius matematika pada acara TV, harapan terbesarnya adalah bahwa orang akan memperlakukan dia seperti orang normal.
Chou dinyatakan sebagai Rain Man Cina setelah dia membuat kagum penonton dengan memecahkan soal matematika pada acara TV “The Brain” di satelit TV Jiangsu. Ketika ia berusia enam bulan, kepalanya terjepit di bawah bantal, setelah itu ia didiagnosis dengan hipoglikemia, atau gula darah rendah, serta menjadi cacat mental, dengan IQ verbal 49 dan IQ kinerja 46. Chou ditolak masuk sekolah karena penampilannya dan kurangnya kecerdasan.
Pada usia 10, Chou akhirnya mulai menerima pendidikan setelah ibunya memohon agar sekolah dapat menerimanya. Tapi ia menghadapi diskriminasi disana. Salah satu guru bahkan menolak untuk memeriksa pekerjaan rumahnya. Chou terpaksa harus putus sekolah setelah lulus SD. Sejak itu, dia hanya membantu di toko kelontong yang dimiliki oleh keluarganya.
Keluarga Chou telah menghabiskan segala yang mereka punya untuk menyembuhkan "penyakitnya." Ibunya hanya berharap agar ia mampu hidup sendiri ketika ia sudah tua. Kakak Chou berkata bahwa harapan terbesarnya adalah agar ia dapat diperlakukan seperti orang normal.
Chou Wei, 23 tahun dari sebuah desa di Provinsi Shanxi Cina, didiskriminasi seumur hidupnya setelah ia didiagnosis sebagai seseorang keterbelakangan mental. Sekarang, setelah ia membuktikan dirinya sebagai seorang jenius matematika pada acara TV, harapan terbesarnya adalah bahwa orang akan memperlakukan dia seperti orang normal.
Chou dinyatakan sebagai Rain Man Cina setelah dia membuat kagum penonton dengan memecahkan soal matematika pada acara TV “The Brain” di satelit TV Jiangsu. Ketika ia berusia enam bulan, kepalanya terjepit di bawah bantal, setelah itu ia didiagnosis dengan hipoglikemia, atau gula darah rendah, serta menjadi cacat mental, dengan IQ verbal 49 dan IQ kinerja 46. Chou ditolak masuk sekolah karena penampilannya dan kurangnya kecerdasan.
Pada usia 10, Chou akhirnya mulai menerima pendidikan setelah ibunya memohon agar sekolah dapat menerimanya. Tapi ia menghadapi diskriminasi disana. Salah satu guru bahkan menolak untuk memeriksa pekerjaan rumahnya. Chou terpaksa harus putus sekolah setelah lulus SD. Sejak itu, dia hanya membantu di toko kelontong yang dimiliki oleh keluarganya.
Keluarga Chou telah menghabiskan segala yang mereka punya untuk menyembuhkan "penyakitnya." Ibunya hanya berharap agar ia mampu hidup sendiri ketika ia sudah tua. Kakak Chou berkata bahwa harapan terbesarnya adalah agar ia dapat diperlakukan seperti orang normal.